Antara Industrialisasi dan Konservasi, Dualisme Berbeda Pemanfaatan Sumberdaya Laut Indonesia
Pendahuluan
Assalamualaikum sahabat yang peduli terhadap laut kita... Ada 2 hal mendasar dalam rangka pemanfaatan sumberdaya laut, konservasi dan industrialisasi, keduanya memiliki arti penting dan manfaat yang besar untuk masyarakat khususnya masyarakat pesisir, filosofi konservasi adalah menjaga sumberdaya yang masih baik dari kerusakan dan endingnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, sedangkan industrialisasi fakta-fakta menyatakan industri menjadi trigger kerusakan sumberdaya laut kita. Dualisme diatas konservasi dan industrialisasi apakah bisa berjalan keduanya pada satu daerah pesisir, apakah yang akan terjadi jika keduanya sama sama dilakukan, berbenturan, atau bisa berjalan beriringan dan saling mendukung ?Sebelum menjawab pertanyaan diatas kita harus mengetahui dulu apa itu MPA (Marine Protected Area), Wisata Bahari agar kita memahami permasalahan ini secara filosofis.
Marine Protected Area (MPA)
Definisi MPA adalah space yang berada di laut dimana manusia melakukan aktifitas yang lebih tinggi dari air yang melingkupinya. Tempat itu dibuat khusus untuk melindungi alam dan sejarah yang terdapat di laut. menurut IUCN MPA adalah : Ruang terbuka yang diatur, di manage dan di dedikasi secara legal atau tujuan yang efektif juga untuk konservasi alam dilakukan dengan nilaii-nilai local. MPA bertujuan untuk menjaga sebagian kecil wilayah pesisir diharapkan dapat dimanfaatan sebagai tempat untuk melakukan penelitian juga dapat dimanfaatkan oleh nelayan tradisional untuk mencari ikan.Wisata Bahari
Wisata bahari merupakan wilayah laut atau pesisir yang di jadikan tempat tujuan untuk berlibur dan biasanya wisata laut ini cenderung bebas, setiap pengunjung boleh berenang, snorkling dan sebagainya, dan lebih parahnya ketika semakin banyak pengunjung maka setiap pengunjung bisa berkontribusi pada rusaknya ekosistem laut. Hal ini hanya sebagai advertism dari pengusaha wisata untuk mendapatkan keuntungan yang besar namun tidak mengindahkan ekosistem dan kehidupan laut.Lebih parahnya lagi ketika wisatawan memiliki gaet secara tidak langsung gaet menuruti permintaan wisatawan tersebut walaupun dengan berat hati, hal ini juga berkontribusi pada kerusakan laut. bayangkan ketika wisatawan ingin mengambil karang pasti gaet akan melakukan hal itu dengan mudah namun hal itu tidak disadari sudah merusak laut. Juga semakin meningkatnya pengunjung maka akan meningkatkan pembangunan perumahan yang akan disewakan, semakin banyak pula seawage yang akan membuat ekosistem stress dan akhirnya mati.
Pembahasan
Daerah perlindungan laut (DPL) atau yang dalam bahasa inggris Marine Protected Area (MPA) sebenarnya telah diatur oleh peraturan mentri kelautan dan perikanan yang mana daerah ini memiliki 3 aspek salah satu dari ketigannya adalah sebagai tempat wisata khusunya untuk penelitian (research) juga tujuannya menjadi tempat yang aman untuk biota sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat pemijahan (spawning ground) dan tempat asuhan bagi organisme kecil (nursery dround) sehingga ikan tidak mengalami over exploited (eksplorasi berlebih). Hal ini inilah yang menjadi filosofi dilakukannya MPA (marine protected area). Beda halnya dengan wisata bahari dengan nama lain ekowisata dan ekotourism menurut pendapat saya ketiganya memiliki tujuan yang sama hanya sebagai advertism bagi pengusaha wisata laut untuk mendatangkan banyak pengunjung melalui berbagai nama ekotourism dan lainnya namun tanpa memikirkan kelangsungan hidup dan daya dukung ekosistem yang dijadikan sebagai objek wisata tersebut.Kita mengetahui bahwa ekosistem memiliki daya dukung atau kapasitas untuk bertahan dari stress, stress atau tekanan seringkali datang dari faktor anthropogenik, faktor anthropogenik adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia yang bisa mengganggu kelangsungan hidup organisme, faktor anthropogenik antara lain buangan seawage, sampah plastik juga pembuangan air dari aliran darat. Coba kita hitung jika satu orang pengunjung membuang seawage ke perairan 5 gram/hari maka jika jumlah pengunjung adalah 1000 orang perminggu maka akan menghasilkan 5000 gram/minggu jika 1 bulan maka menjadi 150000 gram/bulan atau 150 Kg/bulan, bayagkan jika jumlah pengunjung lebih dari 1000 maka akan lebih banyak lagi seawage yang di hasilkan dan di buang ke laut. Maka bisa dipastikan tekanan akan semakin tinggi dan bisa mempengaruhi kehidupan yang ada di ekosistem laut khusunya ekosistem yang sangat sensitif dngan perubahan seperti terumbu karang.
Sehingga dapat simpulkan dualisme diatas yaitu industrialisasi dan konservasi tidak bisa berjalan berdampingan dan akan terjadi benturan dan saling merugikan dan tumpang tindih diantara keduanya.
Kesimpulan
Industrialisasi dan konservasi adalah kegiatan yang sangat baik dilakukan di pesisir, industrialisasi pesisir sangat menjanjkan seperti wisata bahari dan sebagainya dengan menawarkan keindahan laut yang alami maka bisa dipastikan akan memberikan keuntungan bagi industri tersebut. Konservasi berbanding terbalik dengan hal tersebut, konservasi adalah menjaga alam yang alami sehingga perlu adanya pembatasan interaksi yang bisa membahayakan alam sehingga alam tetap berjalan sebagaimana biasanya.Saran
Sebagai manusia kita adalah faktor yang paling besar kontribusinya terhadap kerusakan lingkungan dan mulailah dari saat ini menjaga alam tersebut sehingga anak cucu kita tidak hanya melihat gambar namun bisa melihat dan mempelajarinya.Penulis : Aziz Mukhsin (Ilmu Kelautan UNSOED '11)
Pin BB : 7DFA8742
Comments
Post a Comment