Skip to main content

Diskripsi Tentang Karakteristik, Pola Distribusi, Klasifikasi, Sistem Reproduksi dan Kebiasaan Makan Karang Matahari (Tubastrea Coccinea)

The Sun Coral


Oleh : Jamalludin & Arya (Ilmu Kelautan UNSOED Angkatan 2012)


Tubastrea, atau karang matahari. Memiliki polip berukuran besar dengan banyak tentakel yang berbentuk bintang. Karang ini menjadi primadona untuk dijadikan objek fotografi bawah laut karena keindahannya. 
Keindahan sun coral ini selain dari bentuk polyp juga karena warnanya yang cerah (jingga, kuning, hitam, dan lain-lain). Karena hal ini pula karang ini banyak dipelihara di aquarium oleh para hobiist. Karang ini juga dapat diekspor sebagai karang hias, namun kuotanya dibatasi karena sun coral termasuk kedalam daftar appendix cites(a).
Para diver dapat menemukan karang ini dilaut yang lebih dalam dari karang pada umumnya, bahkan dapat ditemukan didalam gua.
Genus ini memiliki 5 spesies, satu diantaranya masuk kategori critically endangered (krisis) dalam daftar merah IUCN yakni Tubastrea florean(b). Yang akan dibahas dari tulisan ini ialah karang jenis Tubastrea coccinea atau yang sering disebut red sun coral.


Tubastrea coccinea Characteristics
Karang ini termasuk jenis yang ahermatipik dengan bentuk koloni dendroid. Koralit berupa tabung pendek dan lebar, septa tidak berkembang sempurna dengan kolumela besar dan kompak. Polip dengan tentakel yang berbintil-bintil dan transparan. Biasa hidup di gua-gua kecil atau di balik koloni karang lain dan tempat terlindung lainnya.

Distribution and Invasion
Tubastrea Coccinea tersebar di intang temperat dan lintang tropis. Hewan ini secara alami ditemukan di indo-pasifik, di Indonesia karang genus Tubastrea tersebar di seluruh perairan Indonesia. Karang ini sering dijumpai dengan warna yang berlainan yaitu cerah jingga atau kuning.


Genus tubastra tersebar diberbagai kedalaman, dapat hidup pada kondisi lingkungan tidak ada cahaya matahari karena karang ini tidak bersimbiosis dengan zooxanthella. Karang ini dapat ditemukan didalam gua atau dibawah koloni karang lain.
Tubastrea Coccinea memiliki kemampuan invasi yang besar, dalam penelitian yang dilakukan Sampiao (2012) awalnya hewan ini tidak ditemukan di wilayah brazil dan florida, baru pada tahun 2001 diketahui Tubastrea Coccinea mulai tersebar dan menginvasi daerah ini. Bahkan tersebar sepanjang 2000 km pantai brazil. Di florida T coccinea awalnya ditemukan menempel pada terumbu-terumbu karang buatan. Diduga kuat Tubastrea Coccinea tersebar di florida dan brazil awalnya terbawa oleh kapal, ada juga kemungkinan Tubastrea Coccinea terbawa pula oleh arus.
Adanya invasi Tubastrea Coccinea menjadi ancaman bagi ekosistem karang di brazil dan florida karena mengganggu integritas ekosistem yang telah terbangun di wilayah ini. Salah satunya karena faktor persaingan relung ekologi. Tingginya toleransi karang terhadap variasi faktor lingkungan seperti suhu dan kedalaman serta cepatnya waktu reproduksi dan pertumbuhan karang membuat Tubastrea Coccinea mudah menginvasi dan membangun koloni di suatu wilayah(c,d).

Classification
Kingdom: Animalia
Filum: Cnidaris
Kelas: Anthozoa
Ordo: Scleractinia
Suku: Dendrofhyllidae
Genus: Tubastrea
Spesies: Tubastrea Coccinea (Lesson, 1829)(e)
Scleractinia, Ordo ini biasa disebut kelompok karang batu (stony coral) ordo ini memiliki eksoskeleton, suatu struktur tubuh yang menjadi pembeda karang dengan anemon.
Dendrofhyllidae, organisme yang termasuk dalam suku ini Karang yang hidup soliter atau membentuk koloni. Koralit porus dan hampir sebagian besar terdiri dari konesteum, septa bersatu dengan pola tertentu. Suku ini merupakan karang ahermatipik(f).
Tubastrea, genus ini disebut juga sebagai sun coral atau sun poly. Memiliki bentuk polyp seperti bintang dan berukuran besar merupakan hewan asimbiotik dengan zooxanthella.

Reproduction System

Tubastrea Coccinea memiliki sifat hermafrodit, memiliki mekanisme reproduksi dengan cara brooder dan pembentukan polip. T coccinea mengeluarkan sperma kemudian sperma membuahi ovum yang ada di jaringan tubuh T coccinea, zigot berkembang menjadi planula dalam jaringan kemudian planula dilepas ke perairan bebas. Planula dapat hidup sampai 2 minggu. Karang ini memiliki usia kematangan reproduksi yang relatif cepat, mampu bereproduksi pada umur 1,5 tahun(c). Dalam satu tahun diameter karang ini dapat mencapai 5 cm setelah itu pertumbuhan akan melambat karena energi karang digunakan untuk reproduksi. Diameter maksimum pertumbuhan karang ini ialah 10—15 cm(d).

Secondary Metabolisme 

Tubastrea Coccinea mengeluarkan zat metabolith sekunder yang digunakan salah satunya sebagai bentuk pertahanan diri, karena hewan ini merupakan hewan sessil yang tidak mungkin berpindah tempat untuk menghindari ancaman. Bahan metabolit yang dikeluarkan salah satunya Tubastrine suatu material mucus yang melindungi koloni dari ancaman biologis dan ancaman virus(c). 
T. coccinea diketahui juga menghasilkan bahan aplysinopsin yang dapat dimanfaatkan sebagai antikanker, antiplasmodial, antimikroba dan lain—lain. Awalnya aplysinopsin diduga hanya dihasilkan oleh spesies porifera, setelah penelitian lebih lanjut diketahui spesies laut lainpun menghasilkannya salah satunya Tubastrea Coccinea(g)

Food & Feeding Habit
Hewan karang ini diketahui memakan zooplankton maupun fitoplankton. Tubastrea Coccinea diketahui memakan lebih banyak fitoplankton daripada karang yang bersimbiosis dengan zooxanthella, berdasarkan penelitian ada kemungkinan bahwa hewan karang memiliki sifat selektif feeder terhadap fitoplankton(h) Tubastrea coccinea membutuhkan asupan plankton dalam jumlah besar karna ia tidak bersimbiosis dengan zooxanthella, memiliki tentakel yang secara efektif menangkap plankton(i). Aktif mencari makan malam hari.

A note of Gulf and Caribbean Research’s journal

DEPURATION OF MACONDO (MC—252) OIL FOUND IN HETEROTROPHIC SCLERACTINIAN CORALS (TUBASTREA COCCINEA AND TUBASTREA MICRANTHUS) ON OFFSHORE OIL/GAS PLATFORMS IN THE GULF
Keterangan gambar, sampel yang diambil didaerah GI 90 Block Flatform (wilayah pertambangan minyak).
  1. Setengah bagian dari suatu koloni T. coccinea mati (berwarna cokelat dan jaringan hilang)
  2. T. coccinea dan T. micranthus yang terkontaminasi
  3. dan 4. T. coccinea yang terkontaminasi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tumpahan minyak terhadap karang jenis Tubastrea Coccinea dan T. Micranthus.Dari 125 koloni karang yang dikumpulkan diwilayah tumpahan minyak, menunjukan kematian polip sebesar 60%. Koloni karang yang masih baik kemudian dikarantina pada tanki/akuarium berisi air laut. Setelah beberapa jam air didalam tanki berubah menjadi cokelat kemudian menjadi hitam sebagai dampak depurasi minyak dari tubuh karang. Hal ini menunjukan bahwa T. Coccinea dan T. Micranthus mengasimilasi minyak mentah dalam jaringannya. Walaupun demikian karang masih bisa hidup dan bereproduksi. Namun kerusakan jaringan polip semakin hari semakin bertambah. Koloni T. Coccinea dan T. Micranthus mengeluarkan substansi hidrokarbon walaupun pada jaringan yang telah memburuk atau mati.
Adanya minyak mentah pada jaringan karang dapat digunakan untuk determinasi geografi range dari tumpahan minyak mentah dilaut juga menentukan historis dari paparan lapisan minyak mentah(j).

Literature

  • www.fws.gov
  • www.iucnredlist.com
  • Sampaio at al. 2012. New occurrences of the nonindigenous orange cup corals Tubastraea coccinea and T. tagusensis (Scleractinia: Dendrophylliidae) in Southwestern Atlantic . Journal of species lists and distribution. Vol. 8(3). Hal 528—530.
  • Fenner, douglas dan Kenneth banks. 2004. Orange Cup Coral Tubastraea coccinea invades Florida and the Flower Garden Banks, Northwestern Gulf of Mexico. Coral reefs. Vol. 23 Hal. 505—507.
  • www.marinespesies.org
  • Suharsono. 2008. Jenis –jenis Karang di Indonesia. Lipi Press: Jakarta.
  • Dobroslawa Bialonska and Jordan K. Zjawiony. 2009. Aplysinopsins - Marine Indole Alkaloids: Chemistry, Bioactivity and Ecological Significance. Marinedrugs. Vol 7. Hal 166—183
  • Leal Miguel C at al. 2013. Coral feeding on microalgae assessed with molecular trophic markers. Molecular Ecology. Hal: 1-7.
  • Kuncoro, Eko Budi. 2004. Akuarium Laut. Kanisius: Yogyakarta.
  • Kolian, Steve R., et al. Depuration Of Macondo (Mc—252) Oil Found In Heterotrophic Scleractinian Corals (Tubastrea Coccinea And Tubastrea Micranthus) On Offshore Oil/Gas Platforms In The Gulf. Gulf and Caribbean Research. Vol. 29. Hal. 90—103.

Thanks For Reading

Comments

Popular posts from this blog

11 Instansi Pemerintah yang Menerima Magang Mahasiswa Perikanan dan Kelautan

Assalamualaikum Kerja praktek adalah salah satu rangkaian dari tugas akhir (TA), kerja praktek ini biasa dilakukan pada mahasiswa semester 5 ke atas, khususnya untuk mahasiswa eksakta seperti perikanan dan kelautan kerja praktek adalah prasyarat untuk mengambil seminar penelitian dan skripsi. Berikut 11 instansi-instansi pemerintah yang menerima mahasiswa perikanan dan kelautan untuk magang, kerja praktek dan penelitian. Bidang Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) 1. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA LAPAN) Tema: 1. Pesisir dan Laut (Pulau Kecil Terluar, Mangrove dan Terumbu Karang), 2. Perikanan (Zona Potensial Penangkapan Ikan, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a). Alamat: Jl. Kalisari No. 8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. (021) 8710065 Fax. (021)8722733 Website: http://pusfatja.lapan.go.id/ 2. Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) Tema: 1. Pasang Surut, 2. Suhu Permukaan laut, 3. Peta Daerah penangkapan Ik

Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis 10

Assalamualaikum... Setelah melihat beberapa kali seminar proposal, ada satu hal yang membuat saya merasa ada sesuatu yang kurang dari proposal penelitian-penelitian itu, padahal saya belum seminar proposal. hehe. Langsung saja ya, sebenarnya sesuatu yang sederhana yaitu PETA LOKASI PENELITIAN... Peta yang dibuat dan digunakan pada proposal penelitian menurut saya belum standar, KENAPA ? Karena syarat-syarat peta di Proposal Penelitian tersebut tidak terpenuhi, contohnya tidak ada arah mata angin, keterangan titik penelitian, graticul dan lain lain... contoh petanya kaya gini. PETA LOKASI PENELITIAN     Dari contoh gambar diatas, kemudian pasti kita akan bertanya-tanya, contoh pertanyaan yang simple saja lah, lokasi penelitiannya pada derajat berapa ya ? hehe...  Nah, maka dari itu kemudian saya tertarik untuk menulis tentang Cara Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis. Tulisan saya kali ini, InsyaAllah akan lebih ke Tutorial bagaimana cara pembuatan

Rantai Makanan pada Ekosistem Terumbu Karang

PENDAHULUAN Konsep ekosistem merupakan suatu konsep yang kompleks, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari dengan cara mengkonsumsi produsen (organisme yang dapat melakukan fotosintesis) dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makana. Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini memiliki produktivitas organic yang sangat tinggi (Burke et al, 2002). Demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada didalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat pulau karang yang produktif hingga kadang-kadang terumbu ka