Skip to main content

Distribusi Sedimen Laut

Butcher (1992) mendifinisikan siklus biogeochemical adalah bagian unsur kimia yang hadir pada distribusi siklus bumi. Ada 2 metode dasar yang digunakan untuk mengklasifikasikan sedimen laut yaitu genetik dan deskriptif. Klasifikasi genetik dibedakan berdasarkan proses biologi, kimia, atau fisika. Klasifikasi deskriptif membedakan sedimen dengan perbedaan pada tekstur atau komposisi. Pengklasifikasian komposisi mempertimbangkan perbedaan pada mineralnya, komposisi kimianya atau dalam bentuk dari sedimen biogenik dilihat yang paling berlimpah unsur biologiya (ESS, 2013).

Pengklasifikasian Secara Genetik

Pokok yang paling utama dalam mengklasifikasikan sedimen adalah berdasarkan asalnya. Ada 4 kategori yang sering digunakan, antara lain :
  1. Terrigenous: Sedimen berasal dari hasil kerusakan-kerusakan yang ada di benua atau dari aktifitas vulkanik (sedimen vulkanik). Erosi karena hujan, sungai dan gletser (sedimen gletser laut) berasal dari benua sampai ke samudera dimana mereka di simpan.
  2. Biogenous: Sedimen yang berasal dari proses biologiseperti sekresi (pertumbuhan) dari bagian skeletal organisme laut.
  3. Hydrogenous: Sedimen anorganik berasal dari presipitasi dari mineral air laut.
  4. Kosmogenous: Sedimen anorganik berasal dari akumulasi dari material luar angkasa.

Sedimen Terrigenous memiliki kelimpahan yang paling banyak dari volum dan masanya, lalu sedimen biogenous. Material hydrogenous ditemukan sampai unsur sampai bagian kecil dari sedimen laut dan material kosmogenus sangat jarang.

Distribusi dari Sedimen Laut


Seluruh Proses distribusi dari sedimen laut di kontrol melalui 3 proses : 1) produksi, 2) pelemahan, 3) penghancuran. Pada umumnya sedimen tidak dapat di simpan jika sedimen tidak di produksi. Juga, tipe sedimen dapat di pecahkan oleh tipe sedimen yang lain, biasanya sedimen di klasifikasikan oleh kelimpahannya. Contohnya Biogenik ooze jarang di temukan di pinggir benua karena komponen biogenus di tenggelamkan oleh masukan yang besar dari sedimen terrigenous oleh arus.

Sedimen Terrigonous biasanya lebih dominan sepanjang garis tepi benua dan dalam laut. Akumulasi tinggi dari sedimen terrigenous dekat pada garis tepi benua dasarnya meliputi pengkontribusia biogenik ke sedimen.




Gambar 1. Peta Distribusi tipe-tipe sedimen dari dasar laut



Pendistribusian dari Calcareous ooze (>30 % cakcite) di kontrol oleh penghancuran dari kalsit biogenik. Laut dalam yang memiliki suhu yang dingin dengan konsntasi CO2 yang korosif untuk kalsit dan calcareous ooze tidak tersedia di bawah kedalaman 4500 m. Kedalaman dibawah 4500 m dimana kalsit secara lengkap diketahui sebagai Calcite Compensation Depth (CCD). Calcareous ooze di temukan di kedalaman yang dangkal, pengecualian untuk Pasifik Ekuatorial dimana memiliki produktifitas biologi yang tinggi di permukaan telah menekan CCD ke kedalaman lebih dari 5000 m.



Distribusi dari siliceous ooze (>30% opal) di kontrol oleh ketersediaan dari biogenik opal. Air laut cenderung terlarut dan tersedia hanya ketika terpendam. Siliceous ooze di temukan hanya di bawah dari produktifitas yang tinggi dimana biogenik opal mengakumulasi cukup cepat sebelum terlarut dalam air laut. Siliceous ooze ditemukan di bawah perberdaan lempeng, di bawah bagian equatorial, dan utara pasifik yang tua, kaya nutrien pada upwelling.


Abyssal clays adalah sedimen tetap dari dasar laut, sedimen terbentuk dan terakumulasi dengan lambat dan ditemukan pada tempat dimana tipe sedimen tidak terjadi pencairan. Mereka di temukan di garis tepi benua dimana turbiditas dan sedimen mendominasi pada kedalaman yang tinggi dibawah CCD dan sepanjang permukaan yang memiliki produktifitas.

Lempeng Tektonik dan Sedimentasi di laut

Lempeng tektonik memiliki pengarung yang tinggi pada distribusi pada sedimen di laut dalam. Misalnya, pada laut tengah yang dangkal biasanya terdorong keatas CCD. Sebagai hasilnya, sedimen yang dekat dengan tubrukan di dominasi oleh calcareous ooze. Lantai Laut muncul sepanjang tempat tubrukan ke dalam CCD, dimana hanya abyssal clay hadir. Pola di modifikasi pada lempeng yang membawa bagian dari lantai laut dari permukaan dengan prduktifitas biologi. Ketika terjadi, abyssal clay terpendam oleh siliceous.

Daftar Isi

Butcher, S. S., Charlson, J. R., Orians, H. G., & Wolfe, V. G. (1992). Global Biogeochemical cycles. San Diego: Academic Press Limited.
ESS. (2013). Marine Sediment : Introduction to Oceanography. Fall.

Comments

  1. Very nice post. I just stumbled upon your blog and wanted to say that I have really enjoyed surfing
    around your blog posts. After all I'll be subscribing to your
    feed and I hope you write again very soon!

    Here is my site - CT limo

    ReplyDelete
    Replies
    1. thanks a lot for visiting my blog... next time i will write again...
      thanks

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

11 Instansi Pemerintah yang Menerima Magang Mahasiswa Perikanan dan Kelautan

Assalamualaikum Kerja praktek adalah salah satu rangkaian dari tugas akhir (TA), kerja praktek ini biasa dilakukan pada mahasiswa semester 5 ke atas, khususnya untuk mahasiswa eksakta seperti perikanan dan kelautan kerja praktek adalah prasyarat untuk mengambil seminar penelitian dan skripsi. Berikut 11 instansi-instansi pemerintah yang menerima mahasiswa perikanan dan kelautan untuk magang, kerja praktek dan penelitian. Bidang Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) 1. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA LAPAN) Tema: 1. Pesisir dan Laut (Pulau Kecil Terluar, Mangrove dan Terumbu Karang), 2. Perikanan (Zona Potensial Penangkapan Ikan, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a). Alamat: Jl. Kalisari No. 8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. (021) 8710065 Fax. (021)8722733 Website: http://pusfatja.lapan.go.id/ 2. Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) Tema: 1. Pasang Surut, 2. Suhu Permukaan laut, 3. Peta Daerah penangkapan Ik

Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis 10

Assalamualaikum... Setelah melihat beberapa kali seminar proposal, ada satu hal yang membuat saya merasa ada sesuatu yang kurang dari proposal penelitian-penelitian itu, padahal saya belum seminar proposal. hehe. Langsung saja ya, sebenarnya sesuatu yang sederhana yaitu PETA LOKASI PENELITIAN... Peta yang dibuat dan digunakan pada proposal penelitian menurut saya belum standar, KENAPA ? Karena syarat-syarat peta di Proposal Penelitian tersebut tidak terpenuhi, contohnya tidak ada arah mata angin, keterangan titik penelitian, graticul dan lain lain... contoh petanya kaya gini. PETA LOKASI PENELITIAN     Dari contoh gambar diatas, kemudian pasti kita akan bertanya-tanya, contoh pertanyaan yang simple saja lah, lokasi penelitiannya pada derajat berapa ya ? hehe...  Nah, maka dari itu kemudian saya tertarik untuk menulis tentang Cara Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis. Tulisan saya kali ini, InsyaAllah akan lebih ke Tutorial bagaimana cara pembuatan

Rantai Makanan pada Ekosistem Terumbu Karang

PENDAHULUAN Konsep ekosistem merupakan suatu konsep yang kompleks, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari dengan cara mengkonsumsi produsen (organisme yang dapat melakukan fotosintesis) dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makana. Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini memiliki produktivitas organic yang sangat tinggi (Burke et al, 2002). Demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada didalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat pulau karang yang produktif hingga kadang-kadang terumbu ka