Skip to main content

Karakteristik, habitat dan persebaran, reproduksi, kebiasaan makan Karang Acropora millepora

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem tertua yang secara ekonomi dan biologi sangat penting di dunia. Meskipun demikian, terumbu karang menghadapi sejumlah ancaman serius, termasuk polusi dari daratan, dampak pemancingan, perubahan iklim, dan penipisan terumbu, peningkatan keasaman laut, serta kurangnya kesadaran masyarakat (NOAAH, 2009). Karang Acropora adalah beberapa terbesar yang memberikan kontribusi untuk formasi karang di dunia. Bahkan, karang Acropora dan Montipora satu-sepertiga dari semua spesies terumbu karang. Acropora merupakan terumbu karang yang paling toleran terhadap suhu air, perubahan salinitas, pergerakan air/arus, dan intensitas cahaya (animal-world.com).
Spesies Acropora millepora berstatus hampir terancam dikarenakan populasinya yang berkurang dikarenakan oleh pemutihan karang (coral bleaching) dan perdagangan coral untuk akuarium. Ancaman yang lain diperkirakan dari perubahan iklim dan pengasaman laut. Spesies ini banyak ditemukan di Laut Merah, Samudra Hindia, laut Indo-Pasifik, Australia, Asia Tenggara, Jepang, timur Laut Cina dan laut barat Pasifik. Selain itu dapat juga ditemukan di Yaman dan Afrika Selatan. Acropora millepora merupakan spesies umum di wilayah lautan Indo-Pasifik tengah, sangat berlimpah pada rataan wilayah terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 10 m (Babcock, 1990).
PEMBAHASAN
Karakterisasi dan Klasifikasi
Acropora millepora memiliki warna yang sangat menarik. Karang ini memiliki banyak warna yang tergantung dari asosiasinya dengan zooxanthellae. Warna yang sering ditemukan seperti warna hijau dengan orange, tetapi juga bisa menjadi hijau terang, hijau salmon pink, biru pucat, orange terang, dan pink (animal-world.com). Karang Acropora millepora dikenal juga sebagai Milli, atau Millepora Acropora. Acropora ini memiliki cluster yang mengelompok dan membentuk susunan yang rapi. Koralit mereka tidak memiliki dinding tinggi, tapi dinding rendah yang menonjol, dan bibir berbentuk bulat. Hal ini yang membuat karang Acropora millepora berbentuk seperti huruf "C". Cabang pendek yang dikelilingi dengan koralit ini membuat tampilan karang seperti sisik ikan (animal-world.com).
Gambar 1. Acropora millepora dengan beragam warna
Acropora millepora memiliki klasifikasi menurut Lloyd (2013) sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
    Phylum: Cnidaria
         Class: Anthozoa
             Order: Scleractinia
                 Family: Acroporidae
                     Genus: Acropora
                         Spesies: Acropora millepora

Habitat dan Persebaran 
Acropora millepora bersama dengan anggota lain dari genus Acropora, mendominasi terumbu karang Indo-Pasifik. Acropora millepora bersifat sosial dan sessile. Sebagai makhluk sosial, mereka membentuk terumbu karang. Terumbu karang terutama terbuat dari bahan yang berawal pada karang hidup, pecahan karang, karang mati, dan karang seperti batu (86% sisanya adalah pasir). Acropora millepora adalah karang keras, dan tumbuh mencapai 5,1 mm selama periode 9,3 bulan. Spesies ini sebagian besar tumbuh vertikal, yang mengarah ke morfologi semak-semak yang semi tegak lurus. Banyak terumbu yang memiliki tutupan karang tinggi memiliki kondisi keruh yang mengejutkan, tapi tampaknya hal ini tidak akan merusak karang. Acropora millepora harus mendapatkan cahaya yang mencukupi. Cahaya sering dianggap sebagai faktor yang membatasi kedalaman maksimum bagi pertumbuhan karang. Studi spesies Acropora menunjukkan bahwa intensitas cahaya memiliki efek apakah larva menetap pada permukaan atas atau bawah (genome.wustl.edu).
Gambar 2. Sebaran Acropora millepora di dunia
A. Millepora ditemukan dari Srilanka dan Thailand ke Tonga dan Kepulauan Marshall; seluruh Australia kecuali untuk Pulau Lord Howe, lalu ke selatan ke Pulau Houtman Abrolhos. A. Millepora ditemukan di perairan dangkal, rataan terumbu, laguna dan lereng terumbu bagian atas. Di alam liar, karang Acropora spp. ditemukan membentang di terumbu di berbagai lokasi dari air yang keruh (dengan sedimen atau partikel asing tercampur atau tersuspensi dalam air) sampai dengan gelombang yang kuat dan arus yang tinggi; dari daerah di mana ada sedikit cahaya sampai sepenuhnya terkena sinar matahari (dan udara) pada saat surut (animal-world.com). 
Reproduksi

Reproduksi seksual pada karang melibatkan proses gametogenesis, yang mungkin memerlukan beberapa minggu hingga lebih dari 10 bulan. Pemijahan dan reproduksi karang memungkinkan karang untuk membatasi wilayah geografisnya dan pulih dari kerusakan akibat stres. Reproduksi seksual adalah salah satu proses yang paling penting bagi kekuatan terumbu, hanya sedikit yang diketahui tentang faktor-faktor yang mengatur peristiwa reproduksi bagi mayoritas species karang. Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi waktu reproduksi karang. Acropora melakukan reproduksi secara spawning (memijah) dengan masa kompetensi larva hanya selama 20 hari (sekitar 3-4 minggu) (Rudi, 2008).
Keadaan reproduksi spesies Acropora dinilai dengan putusnya cabang di bawah zona steril yang diharapkan (5 cm di bawah ujung) dan mencatat ada tidaknya telur. Tidak berpigmen (belum matang) cenderung memijah antara 1 sampai 3 bulan; terlihat dan berpigmen (matang) cenderung memijah dalam satu bulan; dan koloni tanpa telur yang terlihat (kosong) dapat memijah atau mungkin tidak memijah dalam tiga bulan (Raj dan Edward, 2010).
Gambar 3. Siklus reproduksi Acropora
Kebiasaan Makanan
Di alam liar, karang Acropora telah mengembangkan beberapa strategi makan. Melalui hubungan simbiosis dengan ganggang laut, yang dikenal sebagai zooxanthellae, mereka menerima sebagian besar nutrisi mereka. Mereka juga menangkap organisme planktonik dan partikel makanan mikroskopis dari kolom air dan dapat menyerap materi organik terlarut (animal-world.com). Dalam penangkaran, makan zooplankton seminggu sekali adalah pilihan yang lebih disukai. Copepoda, Artemia, dan Nauplii terlalu besar untuk ditelan Acropora. Tetapi bentuk-bentuk baru dari mangsa sedang dikembangkan termasuk larva invertebrata dan keturunan baru rotifera. Banyak yang merasa bahwa Acropora di penangkaran harus dalam tangki yang memiliki bahan organik terlarut atau padat untuk bertahan hidup dan berkembang. Tanpa ini, mereka mungkin tampak baik-baik saja untuk sementara waktu, tapi selama beberapa bulan, tanpa ada indikasi yang terlihat, mereka mungkin akan mati karena kelaparan. Tanda-tanda kekurangan makanan yaitu tidak ada pertumbuhan baru, polip meluas dan beberapa resesi jaringan (animal-world.com).
KESIMPULAN
Acropora millepora merupakan karang dari family Acroporidae. Karang ini tersebar dari Srilanka dan Thailand ke Tonga dan Kepulauan Marshall; seluruh Australia kecuali untuk Pulau Lord Howe, lalu ke selatan ke Pulau Houtman Abrolhos. A. millepora melakukan reproduksi secara spawning (memijah) dengan masa kompetensi larva hanya selama 20 hari (sekitar 3-4 minggu). Cara makannya melalui hubungan simbiosis dengan zooxanthellae, menangkap organisme planktonik dan partikel makanan mikroskopis dari kolom air, dan menyerap materi organik terlarut.
DAFTAR PUSTAKA

  1. Babcock, Russ, Davies. P. 1990. Effects Of Sedimentation On Settlement Of Acropova Millepora. Department Of Marine Biology, James Cook University, Australia. 
  2. Lloyd, Alicia Jane. 2013. “Assessing the Risk of Ocean Acidification for Scleractinian Corals on the Great Barrier Reef”. Thesis. University of Technology Sydney.
  3. NOOAH, 2009. Terumbu Karang Melindungi Harta Karun Melindungi Alam. National Oceanic and Atmospheric Administration. Departemen Perdagangan Amerika Serikat.
  4. Raj, K.D. dan Edward. P.K.J. 2010. “Observations On The Reproduction Of Acropora Corals Along The Tuticorin Coast Of The Gulf Of Mannar, Southeastern India”. Indian Journal Of Marine Sciences. Vol. 39, No.2.
  5. Rudi. E. 2008. “Kajian Rekrutmen Karang Scleractinia Di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta”. Jurnal Biodiversitas. Volume 9, Nomor 1. 
  6. http://animal-world.com/aquarium-coral-reefs/cluster-coral, diakses 8 Desember 2014.
  7. http://coral.aims.gov.au/factsheet.jsp?speciesCode=0047, diakses 8 Desember 2014. 
  8. http://genome.wustl.edu/genomes/detail/acropora-millepora/, diakses 8 Desember 2014.
  9. http:// imgarcade.com/, diakses 10 Desember 2014.
  10. http://liveaquaria.com/, diakses 9 Desember 2014. 
  11. http://www.aquariumslife.com/sps-coral/acropora-millepora/, diakses 10 Desember 2014. 
Disusun oleh : 1. Yusuf K, 2. Widya Cahyaning T

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

11 Instansi Pemerintah yang Menerima Magang Mahasiswa Perikanan dan Kelautan

Assalamualaikum Kerja praktek adalah salah satu rangkaian dari tugas akhir (TA), kerja praktek ini biasa dilakukan pada mahasiswa semester 5 ke atas, khususnya untuk mahasiswa eksakta seperti perikanan dan kelautan kerja praktek adalah prasyarat untuk mengambil seminar penelitian dan skripsi. Berikut 11 instansi-instansi pemerintah yang menerima mahasiswa perikanan dan kelautan untuk magang, kerja praktek dan penelitian. Bidang Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) 1. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA LAPAN) Tema: 1. Pesisir dan Laut (Pulau Kecil Terluar, Mangrove dan Terumbu Karang), 2. Perikanan (Zona Potensial Penangkapan Ikan, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a). Alamat: Jl. Kalisari No. 8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. (021) 8710065 Fax. (021)8722733 Website: http://pusfatja.lapan.go.id/ 2. Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) Tema: 1. Pasang Surut, 2. Suhu Permukaan laut, 3. Peta Daerah penangkapan Ik

Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis 10

Assalamualaikum... Setelah melihat beberapa kali seminar proposal, ada satu hal yang membuat saya merasa ada sesuatu yang kurang dari proposal penelitian-penelitian itu, padahal saya belum seminar proposal. hehe. Langsung saja ya, sebenarnya sesuatu yang sederhana yaitu PETA LOKASI PENELITIAN... Peta yang dibuat dan digunakan pada proposal penelitian menurut saya belum standar, KENAPA ? Karena syarat-syarat peta di Proposal Penelitian tersebut tidak terpenuhi, contohnya tidak ada arah mata angin, keterangan titik penelitian, graticul dan lain lain... contoh petanya kaya gini. PETA LOKASI PENELITIAN     Dari contoh gambar diatas, kemudian pasti kita akan bertanya-tanya, contoh pertanyaan yang simple saja lah, lokasi penelitiannya pada derajat berapa ya ? hehe...  Nah, maka dari itu kemudian saya tertarik untuk menulis tentang Cara Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis. Tulisan saya kali ini, InsyaAllah akan lebih ke Tutorial bagaimana cara pembuatan

Rantai Makanan pada Ekosistem Terumbu Karang

PENDAHULUAN Konsep ekosistem merupakan suatu konsep yang kompleks, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari dengan cara mengkonsumsi produsen (organisme yang dapat melakukan fotosintesis) dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makana. Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini memiliki produktivitas organic yang sangat tinggi (Burke et al, 2002). Demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada didalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat pulau karang yang produktif hingga kadang-kadang terumbu ka