PENDAHULUAN
Terumbu karang tersebar di laut dangkal di daerah tropis hingga subtropis yaitu di antara 32o Lintang Utara dan 32o Lintang Selatan mengelilingi bumi. Garis lintang tersebut merupakan batas maksimum di mana karang masih dapat tumbuh. Karang pembentuk terumbu hanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah-daerah tertentu seperti pulau-pulau yang sedikit mengalami proses sedimentasi atau di sebelah barat dari benua yang umumnya tidak terpengaruh oleh adanya arus dingin yang berasal dari kutub selatan.
Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman jenis karang dan tempat asal-usul karang. Jenis-jenis karang yang ditemukan di Indonesia diperkirakan sebanyak 590 jenis yang termasuk dalam 80 marga karang. Sebagai gambaran di Pulaupulau Raja Ampat berhasil diidentifi kasi sebanyak 456 jenis karang yang termasuk dalam 77 marga (Veron, 2002). Sebagai gambaran bahwa Indonesia merupakan pusat keanekaragaman jenis karang adalah sebaran karang dari jenis Acropora. Di dunia jenis karang Acropora ada sekitar 113 jenis dan di Indonesia ditemukan 91 jenis Acropora; di laut Karibia, Amerika hanya ditemukan 3 jenis karang Acropora. Pulau Togean di Teluk Tomini merupakan daerah yang paling kaya ditumbuhi karang Acropora dan di daerah ini ditemukan sebanyak 78 jenis. Sebagai pembanding di Sumatera Barat hanya ditemukan sebanyak 40 jenis. Kekayaan jenis karang pada satu daerah ditentukan oleh variasi habitat, sejarah geologi masa lalu dan letak geografi.
PEMBAHASAN
English et al. (1994 dalam Musriadi, 2011) membagi karang batu berdasarkan bentuk pertumbuhannya menjadi dua bagian yakni karang Acropora dan non-Acropora. Pengelompokan ini berdasarkan kepada ada tidaknya koralit axial dan radial koralit pada karang batu tersebut. Karang Acropora mempunyai axial dan radial koralit sedangkan karang non-Acropora hanya mempunyai radial saja. Selain itu, pengelompokan ini didasarkan pada jumlah kelompok karang Acropora yang menurut Thamrin (2006 dalam Musriadi, 2011) umumnya merupakan salah satu kelompok karang yang sangat dominan pada suatu perairan.
Genera karang Acropora umumnnya memiliki bentuk morfologi koloni yang bercabang dan salah satu komponen utama pembangunan terumbu karang. Pertumbuhan karang bercabang berlangsung lebih cepat pada bagian ujung cabang tanpa zooxanthellae dibandingkan dengan bagian basal (Goreau et al dalam Rani et al 2005 dalam Musriadi, 2011).
Family Acroporidae terdiri atas empat genus yaitu Montipora. Astreopora, an-Acropora, dan Acropora. Family ini dapat ditemukan berkoloni kecuali genus Astreopora yang memiliki koralit yang kecil dan kolumellanya tidak tumbuh (Veron 2000 dalam Musriadi, 2011). Genus Acropora memiliki bentuk pertumbuhan bercabang (branching, tabulate, digitate, dan kadang-kadang berbentuk encrusting atau submassive). Koralit dari genus ini memiliki dua tipe, yaitu axial dan radial serta tidak terdapat kolumella. Dinding koralit dan koenestum menjadi poros. Pada genus ini tentakel hanya keluar pada malam hari (Veron 2000 dalam Musriadi, 2011).
Acropora hyacinthus umumya dijumpai di Indonesia yang biasanya tumbuh pada daerah tubir yang sering mendominasi suatu lokasi tertentu terutama pada perairan jernih dan bersih dengan ombak yang relatif tidak besar. Spesies karang ini memilikii koloni berbentuk meja lebar yang dapat mencapai ukuran empat meter, karang ini memiliki cabang vertikal relatif kecil dengan axial koralit kecil tetapi masih dapat dibedakan dari radial koralit yang berbentuk mangkok (Musriadi, 2011).
Klasifikasi Acropora hyacinthus menurut Veron (2000), yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractina
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora hyacinthus
Jenis kelamin hewan karang tidak mudah dilihat dari luar sebagaimana pada hewan tingkat tinggi lainnya. Untuk menentukan jenis kelamin secara langsung harus mengamati gonad matang di dalam coelenteron. Jenis kelamin dapat mudah dilihat lebih jelas sewaktu karang brooder mengandung embrionya dalam coelenteron. Testis karang biasanya berwarna putih, sedangkan ovarium tampak berwarna lebih menyolok merah, merah muda, orange, coklat atau biru (Harrison dan Wallace, 1990).
Karakteristik reproduksi karang di Indonesia (dalam Munasik,2002)
Keterangan: H = Hermafrodit; S = Spawning.
Manfaat dan Kandungan Acropora hyacinthus Dari hasil penelitian (Permata W, 2011) diketahui Acropora hyacinthus memiliki beberapa kandungan komposisi asam lemak. A. hyacintus didominasi oleh asam lemak jenuh asam palmitat dan asam stearat, sedangkan asam lemak tidak jenuh berupa asam palmitoleat dan oleat.
Tabel 1. Kandungan asalm lemak pada Acropora hyacinthus di Kep.Karimunjawa
Menurut (Meyer 1979 dalam Permata W, 2011)) lemak pada jaringan karang dipengaruhi oleh mode pemenuhan nutrisi. Karang yang didominasi oleh asam lemak tidak jenuh mendapatkan makanannya dengan cara menangkap plankton, sedangkan karang yang melimpah kandungan asam lemak jenuhnya mendapatkan produk fotosintetik yang tertranslokasi dari zooxanthellae yang terdapat di dalam jaringannya. Lemak juga merupakan komponen penyusu sistem membran sel zooxanthellae, yang merupakan endosimbion karang, sehingga keberadaannya akan memberi kontribusi dalam analisis komposisi lemak jaringan karang. Menurut Papina et al. (2003) zooxanthelae menyediakan tidak hanya asam lemak jenuh tetapi juga asam lemak tidak jenuh untuk karang sebagai inangnya. Kandungan dan komposisi lemak juga dapat digunakan sebagai ’biomarker’, terutama untuk mendeteksi efek bleaching pada koloni karang.
KESIMPULAN
Editor : Aziz Mukhsin
Terumbu karang tersebar di laut dangkal di daerah tropis hingga subtropis yaitu di antara 32o Lintang Utara dan 32o Lintang Selatan mengelilingi bumi. Garis lintang tersebut merupakan batas maksimum di mana karang masih dapat tumbuh. Karang pembentuk terumbu hanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah-daerah tertentu seperti pulau-pulau yang sedikit mengalami proses sedimentasi atau di sebelah barat dari benua yang umumnya tidak terpengaruh oleh adanya arus dingin yang berasal dari kutub selatan.
Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman jenis karang dan tempat asal-usul karang. Jenis-jenis karang yang ditemukan di Indonesia diperkirakan sebanyak 590 jenis yang termasuk dalam 80 marga karang. Sebagai gambaran di Pulaupulau Raja Ampat berhasil diidentifi kasi sebanyak 456 jenis karang yang termasuk dalam 77 marga (Veron, 2002). Sebagai gambaran bahwa Indonesia merupakan pusat keanekaragaman jenis karang adalah sebaran karang dari jenis Acropora. Di dunia jenis karang Acropora ada sekitar 113 jenis dan di Indonesia ditemukan 91 jenis Acropora; di laut Karibia, Amerika hanya ditemukan 3 jenis karang Acropora. Pulau Togean di Teluk Tomini merupakan daerah yang paling kaya ditumbuhi karang Acropora dan di daerah ini ditemukan sebanyak 78 jenis. Sebagai pembanding di Sumatera Barat hanya ditemukan sebanyak 40 jenis. Kekayaan jenis karang pada satu daerah ditentukan oleh variasi habitat, sejarah geologi masa lalu dan letak geografi.
PEMBAHASAN
English et al. (1994 dalam Musriadi, 2011) membagi karang batu berdasarkan bentuk pertumbuhannya menjadi dua bagian yakni karang Acropora dan non-Acropora. Pengelompokan ini berdasarkan kepada ada tidaknya koralit axial dan radial koralit pada karang batu tersebut. Karang Acropora mempunyai axial dan radial koralit sedangkan karang non-Acropora hanya mempunyai radial saja. Selain itu, pengelompokan ini didasarkan pada jumlah kelompok karang Acropora yang menurut Thamrin (2006 dalam Musriadi, 2011) umumnya merupakan salah satu kelompok karang yang sangat dominan pada suatu perairan.
Genera karang Acropora umumnnya memiliki bentuk morfologi koloni yang bercabang dan salah satu komponen utama pembangunan terumbu karang. Pertumbuhan karang bercabang berlangsung lebih cepat pada bagian ujung cabang tanpa zooxanthellae dibandingkan dengan bagian basal (Goreau et al dalam Rani et al 2005 dalam Musriadi, 2011).
Family Acroporidae terdiri atas empat genus yaitu Montipora. Astreopora, an-Acropora, dan Acropora. Family ini dapat ditemukan berkoloni kecuali genus Astreopora yang memiliki koralit yang kecil dan kolumellanya tidak tumbuh (Veron 2000 dalam Musriadi, 2011). Genus Acropora memiliki bentuk pertumbuhan bercabang (branching, tabulate, digitate, dan kadang-kadang berbentuk encrusting atau submassive). Koralit dari genus ini memiliki dua tipe, yaitu axial dan radial serta tidak terdapat kolumella. Dinding koralit dan koenestum menjadi poros. Pada genus ini tentakel hanya keluar pada malam hari (Veron 2000 dalam Musriadi, 2011).
Acropora hyacinthus umumya dijumpai di Indonesia yang biasanya tumbuh pada daerah tubir yang sering mendominasi suatu lokasi tertentu terutama pada perairan jernih dan bersih dengan ombak yang relatif tidak besar. Spesies karang ini memilikii koloni berbentuk meja lebar yang dapat mencapai ukuran empat meter, karang ini memiliki cabang vertikal relatif kecil dengan axial koralit kecil tetapi masih dapat dibedakan dari radial koralit yang berbentuk mangkok (Musriadi, 2011).
Klasifikasi Acropora hyacinthus menurut Veron (2000), yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractina
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora hyacinthus
Gambar 1. Acropora hyacinthus
REPRODUKSIJenis kelamin hewan karang tidak mudah dilihat dari luar sebagaimana pada hewan tingkat tinggi lainnya. Untuk menentukan jenis kelamin secara langsung harus mengamati gonad matang di dalam coelenteron. Jenis kelamin dapat mudah dilihat lebih jelas sewaktu karang brooder mengandung embrionya dalam coelenteron. Testis karang biasanya berwarna putih, sedangkan ovarium tampak berwarna lebih menyolok merah, merah muda, orange, coklat atau biru (Harrison dan Wallace, 1990).
Karakteristik reproduksi karang di Indonesia (dalam Munasik,2002)
Keterangan: H = Hermafrodit; S = Spawning.
Manfaat dan Kandungan Acropora hyacinthus Dari hasil penelitian (Permata W, 2011) diketahui Acropora hyacinthus memiliki beberapa kandungan komposisi asam lemak. A. hyacintus didominasi oleh asam lemak jenuh asam palmitat dan asam stearat, sedangkan asam lemak tidak jenuh berupa asam palmitoleat dan oleat.
Tabel 1. Kandungan asalm lemak pada Acropora hyacinthus di Kep.Karimunjawa
Menurut (Meyer 1979 dalam Permata W, 2011)) lemak pada jaringan karang dipengaruhi oleh mode pemenuhan nutrisi. Karang yang didominasi oleh asam lemak tidak jenuh mendapatkan makanannya dengan cara menangkap plankton, sedangkan karang yang melimpah kandungan asam lemak jenuhnya mendapatkan produk fotosintetik yang tertranslokasi dari zooxanthellae yang terdapat di dalam jaringannya. Lemak juga merupakan komponen penyusu sistem membran sel zooxanthellae, yang merupakan endosimbion karang, sehingga keberadaannya akan memberi kontribusi dalam analisis komposisi lemak jaringan karang. Menurut Papina et al. (2003) zooxanthelae menyediakan tidak hanya asam lemak jenuh tetapi juga asam lemak tidak jenuh untuk karang sebagai inangnya. Kandungan dan komposisi lemak juga dapat digunakan sebagai ’biomarker’, terutama untuk mendeteksi efek bleaching pada koloni karang.
KESIMPULAN
- Acropora hyacinthus umumya dijumpai di daerah tubir atau lereng laut.
- Acropora hyacinthus memiliki beberapa macam kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
- Kandungan dan komposisi lemak juga dapat digunakan sebagai ’biomarker’, terutama untuk mendeteksi efek bleaching pada koloni karang.
- Kandungan asam lemak pada Acropora hyacinthus memiliki banyak kegunaan dibidang kesehatan dan lainnya.
Editor : Aziz Mukhsin
mana daftar pustakanya?
ReplyDeletedaftar pustakanya mana
ReplyDelete