Skip to main content

Interaksi Organisme dengan Ekosistem Terumbu Karang

 
Pendahuluan

Variasi habitat terumbu karang, dalam hal ini variasi mikro-habitat tidak hanya terdiri dari habitat karang saja, tetapi juga daerah berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah algae dan sponge serta masih banyak lagi. Keberagaman habitat tersebut merupakan salah satu faktor kunci tingginya keragaman organisme di terumbu karang sehingga Terumbu karang (coral reef) merupakan salah satu ekosistem khas di daerah tropik dengan ciri produktivitas organik dan biodiversitasnya yang tinggi. Komponen biota terpenting di terumbu karang yaitu karang batu (Scleractinia) yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur.

Organisme terumbu karang merupakan salah satu kelompok hewan atau tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang, keberadaannya mencolok dan ditemukan pada berbagai mikro-habitat di terumbu karang. Organisme karang, ada yang hidup menetap serta mencari makan di areal terumbu karang (sedentary), sehingga apabila terumbu karang rusak atau hancur maka organisme karang juga akan kehilangan habitatnya. Sebagai organisme yang hidupnya terkait dengan terumbu karang maka kerusakan terumbu karang dengan sendirinya berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan organisme karang habitat yang beranekaragam ini dapat menerangkan jumlah organisme karang pada ekosistem tersebut (Luckhurst & Luckhurst, 1978; Robert & Ormond, 1987; Sale, 1991).

Menelaah pentingnya manfaat organisme dan asosiasinya dengan terumbu karang bagi lingkungan dan sumberdaya hayati perairan maka diperlukan adanya kajian tentang komponen-komponen dan interaksi antara komponen penyusun ekosistem tersebut. Informasi ekologis organisme dengan ekosistem terumbu karang sangat penting dalam. Untuk itu perlu dipelajari lebih lanjut mengenai jenis-jenis organisme yang berinteraksi pada ekosistem terumbu karang.

Tinjauan Pustaka

2.1 Ekositem Terumbu Karang

Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik). Menurut Sumich (1992) dan Burke et al. (2002) sebagian besar spesies karang melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Selanjutnya Sumich (1992) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut:


 Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2

Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae. Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitive terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3°C di atas suhu normal. Selain dari perubahan suhu, maka perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Hal ini sesuai dengan penjelasan McCook (1999) bahwa curah hujan yang tinggi dan aliran material permukaan dari daratan (mainland run off) dapat membunuh terumbu karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut. Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient overload) berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.

Meskipun beberapa karang dapat dijumpai dari lautan subtropis tetapi spesies yang membentuk karang hanya terdapat di daerah tropis. Kehidupan karang di lautan dibatasi oleh kedalaman yang biasanya kurang dari 25 m dan oleh area yang mempunyai suhu rata-rata minimum dalam setahun sebesar 10°C. Pertumbuhan maksimum terumbu karang terjadi pada kedalaman kurang dari 10 m dan suhu sekitar 25°C sampai 29°C. Karena sifat hidup inilah maka terumbu karang banyak dijumpai di Indonesia (Hutabarat dan Evans, 1984).

2.2 Fungsi Terumbu Karang

Terumbu karang sangat berperan terhadap produktivitas suatu perairan, dimana produktivitas primernya berkisar antara 300 – 5000 gc/m2/th (Meadows dan Campbell, 1988) lebih tinggi dari laut terbuka, upwelling, estuaria, hutan bakau padang lamun dan mampu menampung biomoss hewan yang tinggi antara 490 – 1.400 kg/ha (Baker & Kaeoniam, 1986). Rusaknya terumbu karang secara langsung akan memberikan dampak terhadap hasil tangkapan nelayan, jumlah dan jenis ikan, hal ini disebabkan oleh terumbu karang memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting di dalam perairan.

Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan, perlindungan dan mencari makan bagi ikan, kerang, udang dan biota lainnya. Selain itu karang juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi dan gempuran ombak, menstabilkan keliling pulau-pulau dan garis pantai dari kikisan ombak yang sangat kuat.

2.3 Interaksi Organisme Dengan Terumbu Karang

 
  • Vertebrata
Vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang, berikut adalah vertebrata yang berinteraksi dengan terumbu karang

a. Ikan karang


Ikan merupakan organisme yang jumlah biomassanya terbesar dan juga organisme besar yang mencolok yang dapat ditemui di ekosistem terumbu karang. Banyaknya celah dan lubang yang terdapat di daerah terumbu karang memberikan tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi ikan dan hewan invertebrata yang berada disekitarnya (Nybakken dan Bertness, 2004). Lebih dari 4000 species ikan (atau sekitar 18% dari jumlah species ikan yang ada di seluruh dunia) dapat ditemukan di daerah terumbu karang. Umumnya ikan-ikan yang hidup di daerah terumbu karang ini berukuran kecil dan menetap sepanjang hidupnya di daerah tersebut. Salah satu jenis ikan karang yang hidup di daerah terumbu karang adalah ikan-ikan dari Familia Pomacentridae, subfamilia Amphiprioninae. 


  • Avertebrata
Avertebrata air adalah hewan yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda.

Hewan avertebrata yang berasosiasi dengan terumbu karang adalah :

a. Molusca

Moluska ialah sebuah grup binatang bertubuh lunak, tanpa tulang belakang (avertebrata) yang secara khas mempunyai kepala anterior, kaki ventral dan massa visera dorsal. Massa visera diselubungi oleh sebuah mantel yang sering mengeluarkan sekresi cangkang berkapur. Semua moluska dengan pengecualian jenis kerang, mempunyai radula, organ pencernaan yang unik untuk mengumpulkan makanan. Moluska sangat beragam dalam bentuk, berkisar antara yang berbentuk cacing, aplacophra sampai pada yang berbentuk cumi-cumi, gurita (cephalopoda) dan tentang jumlah jenisnyam tercatat paling sedikit 60.000 jenis dari seluruh dunia. Mereka menempati habitat yang berbeda, terbentang dari laut, melalui sungai dan danau ke darat. Beberapa jenis moluska adalah anggota dominan dikomunitas padang lamun dan dikonsumsi sebagai makanan oleh manusia. Filum Moluska hidup terbagi menjadi 7 kelas yaitu : 


  • Aplacophora : sebuah grup kecil dari binatang menyerupai cacing, tanpa cangkangm kira-kira 300 jenis terdapat dilaut didunia.
  • Polyplacophora (khiton) : binatang mempunyai tubuh pipih dan delapan katup cangkang, kira-kira 800 jenis di laut didunia.
  • Monoplacophora : binatang mempunyai “limpet" dengan organ ganda yang mempertahankan ciri-ciri primitif. Kurang dari 20 jenis diketahui dari laut dalam di dunia.
  • Gastropoda (keong, lintah bulan, dll) : binantang secara khas mempunyai cangkang tunggal terpilin, kepala menonol yang dilengkap dengan mata dan sungut. Lintah bulan kehilangan cangkang nya pada waktu metamorfosa. Kira-kira 40.000 jenis yang telah diketahui dari laut, air tawar dan darat dari seluruh dunia.
  • Cephalopoda (cumi-cumi, gurita dan notilus): binatang mempunyai lingkaran sungut disekeliling kepala, mata dan orak berkembang baik. Kira-kira 3000 jenis terdapat dilaut didunia.
  • Bivalvia (kijing, tiram dan kepah): binatang mempunyai dua katup cangkang, satu pada tiap sisi tubuhnya. Grup kedua terbesar dari moluska, kira-kira 10.000 jenis terdapat di laut dan air tawar didunia.
  • Scaphopoda (keong gading): binatang mempunyai cangkang berbentung tabung seperti gading yang hidup membenamkan diiri ddidalam pasir; kira-kira 500 jenis telah diketahui dari laut didunia.
b. Echinodermata 

Echinodermata (dari bahasa Yunani echin,”berduri” dan derma,”kulit”) adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah system pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi sebagai lokomosi, makan, dan pertukaran gas.

Reproduksi seksual anggota filum echinodermata umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan gametnya ke dalam air laut.

Diantara 700 atau lebih anggota filum echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas : Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi dan sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut). Kelas-kelas itulah, serta ordo-ordo tiap kelaslah yang akan menjadi pokok pembahasan kita sekaligus kita dapat mengetahui peranan echinodermata dalam kehidupan sehari-hari, serta dampak kerugian yang ditimbulkannya.

c. Crustacea

Crustacea adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip. Mayoritas merupakan hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.

Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Sistem pencernaan Crustacea dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan anus. Sisa metabolisme akan diekskresikan melalui sel api. Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan). Hewan-hewan Crustacea bernapas dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa melalui pembuluh darah. Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuahan berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali.

Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udang-udangan rendah) dan Malacostrata (udang-udangan besar). Entomostraca umumnya berukuran kecil dan merupakan zooplankton yang banyak ditemukan di perairan laut atau air tawar. Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai makanan ikan, contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan Amphipoda. Sedangkan, Malacostrata umumnya hidup di laut dan pantai. Yang termasuk ke dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda dan Isopoda. Contoh dari spesiesnya adalah udang windu (Panaeus), udang galah (Macrobanchium rosenbergi), rajungan (Neptunus pelagicus), dan kepiting (Portunus sexdentalus). 


  • Algae
a. Makroalga

Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun. Semua bagian tumbuhannya disebut thallus. Secara keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Makroalga bentuknya yang seperti rumput terutama yang berukuran besar dan hidupnya di laut, sehingga orang awam terutama terutama kaum usahawan menyebutnya rumput laut. sedangkan di kalangan ilmuwan atau akademisi, rumput laut dikenal dengan nama algae (SUSANTO, 2003).

b. Mikroalga

Zooxanthela merupakan mikroalga yang hidup dan bersimbiosis pada terumbu karang. Terumbu karang awalnya memperoleh symbionts dinoflagellate dalam dua cara nyaitu secara vertikal di sebuah sistem yang tertutup di mana telur karang mewarisi maternally symbionts atau horizontal dalam sebuah sistem terbuka di mana symbionts yang diperoleh langsung dari lingkungan. Saat ini beberapa genera dinoflagellates telah diidentifikasi sebagai endosymbionts laut berbagai avertebrata dan, protista termasuk symbiodinium, amphidinium, aureodinium, gymnodinium, gyrodinium, prorocentrum, pyrocystis, scrippsiella dan gloeodinium.

Hubungan antara organisme dengan terumbu karang di bagi menjadi

a. Parasitisme

Parasitisme di definisikan sebagai hubungan keintimandan keharusan antara kedua organisme heterospesifik, sepanjang sang parasit secara metabolis tergantung pada induk semang (Boneka, 1999). Parasit biasanya memiliki ukuran tubuh lebih keil, dan memiliki ketergantungan secara metabolis pada induk semangnya, hubungan ini dapat bersifat permanen, atau bersifat sementara

b. Kanibalisme

Kanibalisme merupakan suatu bentuk pemangsaan dan ini adalah interaksi yang negatif antar organisme

c. Mutualisme

Mutualisme adalah bentuk simbiosis dimana dua spesies bergabung bersama untuk saling menguntungkan, dalam hubungan ini pasangannya sering disebut simbion (Nybakken, 1992)

d. Komensalisme

Hubungan simbiose yang lain disebut komensalisme. Dalam interaksi ini satu spesies mendapatkan keuntungan atau manfaat, sedangkan yang lain tidak terpengaruh oleh kebersamaan tersebut (Boneka, 1999).
 

PEMBAHASAN
 
  • Vertebrata
a. Asosiasi Ikan Dengan Terumbu Karang

Terumbu karang berasosiasi dengan ikan karang dan organisme lainnya. Ikan merupakan organisme yang jumlahnya terbanyak dan merupakan organisme besar yang mencolok yang dapat ditemui disebuah terumbu karang, karena jumlahnya besar dan mengisi seluruh daerah di terumbu, maka dapat terlihat dengan jelas bahwa ikan merupakan penyokong hubungan yang ada didalam ekosistem terumbu. Interaksi ikan karang dengan terumbu karang dapat dibagi menjadi 3 bentuk (Choat and Bellwood 1991) : 


  • Interaksi langsung yaitu sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan muda
  • Interaksi dalam mencari makan bagi ikan yang mengkonsumsi biota pengisi habitat dasar meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang dan alga
  • Interaksi tidak langsung antara struktur terumbu karang dengan kondisi hidrologi serta sedimentasi dengan pola makan ikan pemakan plankton dan karnivora contohnya: ikan buntal, ikan kuli pasir, ikan pakol dan ikan kepe-kepe
Ikan karang membutuhkan habitat hidup untuk bersarang dan mencari makan. Umumnya ikan karang memiliki mobilitas yang rendah, oleh karenanya sarang sebagai tempat bertahan hidup dan berlindung sangat penting untuk keberlanjutan fungsinya di dalam area otoritas yang telah dipertahankannya. Semua kebutuhan ikan karang telah disediakan oleh terumbu karang sebagai suatu ekosistem yang secara coevolution telah berkembang bersama-sama dengan ikan karang. Asosiasi ikan karang dengan terumbu karang sangat erat, sehingga eksistensi ikan karang di suatu wilayah terumbu karang sangat rapuh ketika terjadi pengurasan habitatnya. Dengan sifatnya ini pula maka ikan karang dapat dijadikan indikator yang baik untuk mengetahui tingkat kerusakan habitat. Kerusakan terumbu karang di pulau Rakiti dan Taikabo perairan teluk Saleh merupakan contoh baik, yang menunjukkan kehilangan biodiversitas ikan karang, baik jenisnya maupun relung ekologisnya. Berbagai fungsi ekologis ikan karang di perairan tersebut tidak terpenuhi karena kehilangan pelindung (shelter), area otoritas, organisme simbion, rantai makanan, tempat memijah, dan tempat mengasuh. Oleh karenanya, tingkat keanekaragaman ikan karang menjadi rendah (Hartati & Edrus, 2005). 

  • Avertebrata
a. Echinodermata

Echinodermata memiliki habitat di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam. Dalam habitatnya ini, Echinodermata memiliki peran penting bagi ekosistem terumbu karang, karena mereka mampu membuat laut menjadi bersih. Hewan ini adalah pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya. Oleh karena itu hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih laut/pantai.

Crinoidea atau kelompok lili laut pada umumnya merupakan pemakan plankton dan materi tersuspensi (Meyer,1982). Selain tidak tahan terhadap kekeringan, dan hidupnya tergantung kepada kehadiran populasi plank-ton, mengakibatkan lili laut lebih sering didapatkan berada di zona paling luar dari ekosistem terumbu karang (tubir dan lereng terumbu). Menurut Warner (1982), kelompok bintang mengular (Ophiuroidea) mempunyai dua macam cara makan. Pertama kelompok pemakan detritus seperti, suku Ophiocomidae, Ophiactidae, dan Ophiothricidae. Kelompok kedua adalah bintang mengular pemakan fauna berukuran kecil atau kelompok karnivora, seperti suku Ophiomyxidae, Ophiodermatidae, dan Ophiolepididae. Sedangkan bintang mengular yang mempunyai banyak tangan dengan bentuk percabangan mirip keranjang (basket stars) adalah merupakan kelompok yang hidup dari memakani plankton. Salah satu jenisnya yang sering didapatkan di lereng terumbu adalah Astroboa nuda.
Bintang laut (Asteroidea) pada umumnya dikenal sebagai biota laut yang bersifat karnivora. Mukai et al. (1986), Astropecten polyacanthus adalah merupakan biota karnivora sejati. Sedangkan bintang laut jenis Archaster typicus lebih cenderung bersifat pemakan detritus. Jenis karnivora lainnya adalah bintang laut Acanthaster planci dan Culcita novaeguineae. Kedua bintang laut ini hidup dari memakani bagian polip dari koloni karang. Sebagian besar bintang laut yang hidup di ekosistem terumbu karang adalah merupakan pemakan detritus dan lapisan busukan dari biota sessil bentos, seperti Linckia laevigata, Linckia multipora, Ophidiaster granifer, Echinaster luzonicus, Pentaceraster spp., Protoreaster spp., dan Choriasttr granulatus (Sloan, 1980).

b. Crustacea

Crustacea yang berasosiasi dengan terumbu karang merupakan komponen penting dari jaring-jaring maakanan di ekosistem terumbu karang. Untuk crustacea infauna dan epifauna berhubungan erat dengan produsen primer dan berada pada tingkatan trofik yang lebih tinggi karena pada masa juvenile dan dewasa mereka merupakan sumber makanan utama bagi berbagai ikan dan avertebrata yang berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang dan sebagai detritor untuk membersihkan polip karang.

Chrustacea merupakan predator aktif moluska. Predator rakus ini terdistribusi luas dan hidup disejumlah habitat terumbu, pada celah-celah terumbu. Bagaimanapun, pada terumbu karang disepanjang batas rataan terumbu, O. scyllarus diketahui sebagi makanan sampai batas luar dari habitat ini, Krustase predator yang berasosiasi dengan terumbu karang berada pada kondisi alami. Diantara yang paling umum adalah kepiting kotak, Famili Calappidae. Kepiting kotak biasanya meliang dibawah permukaan pasir, dan aktif memakan gastropoda
 

c. Mollusca

Dalam interaksi-interaksi yang terjadi pada asosiasi terumbu karang dan moluska ada pengaruh ekologis yang ditimbulkan. Misalnya pemangsaan, secara ekologis pemangsaan, menurut Boneka (1999), merupakan suatu proses yang penting, yaitu:

  1. Membatasi distribusi organisme dan mengontrol kelimpahan suatu organisme, bila yang terhalangi adalah adalah organisme hama, maka dianggap menguntungkan
  2. Pemangsaan adalah salah satu motor utama pembentuk dan penyusun komunitas Biologi di alam
  3. Pemangsaan juga berfungsi dalam menstimulir proses terjadinya adaptasi organime, morfologi maupun perilaku
  • Interaksi Algae
a. Makroalgae

Makroalgae memainkan peran penting pada ekosistem terumbu karang baik yang masih alami maupun yang telah mengalami degradasi. Kelimpahan yang tinggi dari makro algae pada terumbu karang merupakan kondisi kritis dari aspek ekologis lingkungan estetika dan nilai sosial ekonomi, keberadaan makroalga dari kelompok calsified dan turfing alga merupakan hal yang turut berperan dalam penyediaan zat kapur dalam pembentukan kerangka karang dan juga berperan dalam produksi primer terumbu dan proses fiksasi nitrogen (Adey, 1998)

Makroalga golongan calsified alga mampu menyimpan zat kapur dalam sel dan jaringan dalam bentuk kristal yang disebut dengan aragonit yang dimanfaatkan oleh karang dalam proses klasifikasi pembentukan cangkang contohnya spesies halimeda yang mampu memproduksi segmen thallus yang baru, memiliki kandungan kapur yang tinggi.

b. Mikroalgae

Interaksi mikro algae dengan terumbu karang adalah simbiosis mutualisme dimana zooxanthella membantu dalam pembuatan kerangka , sedangkan karang memberikan nutrien yang dibutuhkan oleh zooxanthella untuk kehidupannya. Dengan simbiosis hewan karang menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan CO2 untuk keperluan hidup zooxanthella

Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa
Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen
Mempercepat proses kalsifikasi yang menurut Johnston terjadi melalui skema:
Fotosintesis akan menaikkan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak
Dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.
Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena merupakan pensuplai terbesar zat anorganik untuk fotosintesis. Sebagai contoh Bytell menemukan bahwa untuk zooxanthellae dalam Acropora palmata suplai nitrogen anorganik, 70% didapat dari karang (lihat Tomascik et al. 1997). Anorganik itu merupakan sisa metabolisme karang dan hanya sebagian kecil anorganik diambil dari perairan.
 

Kesimpulan

Terumbu karang (coral reef) merupakan salah satu ekosistem khas di daerah tropik dengan ciri produktivitas organik dan biodiversitasnya yang tinggi. Komponen biota terpenting di terumbu karang yaitu karang batu (Scleractinia) yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur. Keberadaan dan perilaku organisme juga dapat mempengaruhi lingkungan ekosistem terumbu karang tempat ia tinggal. Hubungan Organisme dan biota laut dengan terumbu karang memiliki interaksi seperti parasitisme, kanibalisme, mutualisme, komensalisme. Secara konstruktif organisme laut terhadap terumbu karang memberi sumbangan-sumbangan yang berarti dari kalsium karbonat kepada ekosistem terumbu karang dan memainkan peranan penting dalam jaringan makanan ekosistem terumbu karang.

Comments

Popular posts from this blog

11 Instansi Pemerintah yang Menerima Magang Mahasiswa Perikanan dan Kelautan

Assalamualaikum Kerja praktek adalah salah satu rangkaian dari tugas akhir (TA), kerja praktek ini biasa dilakukan pada mahasiswa semester 5 ke atas, khususnya untuk mahasiswa eksakta seperti perikanan dan kelautan kerja praktek adalah prasyarat untuk mengambil seminar penelitian dan skripsi. Berikut 11 instansi-instansi pemerintah yang menerima mahasiswa perikanan dan kelautan untuk magang, kerja praktek dan penelitian. Bidang Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) 1. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA LAPAN) Tema: 1. Pesisir dan Laut (Pulau Kecil Terluar, Mangrove dan Terumbu Karang), 2. Perikanan (Zona Potensial Penangkapan Ikan, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a). Alamat: Jl. Kalisari No. 8, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. (021) 8710065 Fax. (021)8722733 Website: http://pusfatja.lapan.go.id/ 2. Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) Tema: 1. Pasang Surut, 2. Suhu Permukaan laut, 3. Peta Daerah penangkapan Ik

Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis 10

Assalamualaikum... Setelah melihat beberapa kali seminar proposal, ada satu hal yang membuat saya merasa ada sesuatu yang kurang dari proposal penelitian-penelitian itu, padahal saya belum seminar proposal. hehe. Langsung saja ya, sebenarnya sesuatu yang sederhana yaitu PETA LOKASI PENELITIAN... Peta yang dibuat dan digunakan pada proposal penelitian menurut saya belum standar, KENAPA ? Karena syarat-syarat peta di Proposal Penelitian tersebut tidak terpenuhi, contohnya tidak ada arah mata angin, keterangan titik penelitian, graticul dan lain lain... contoh petanya kaya gini. PETA LOKASI PENELITIAN     Dari contoh gambar diatas, kemudian pasti kita akan bertanya-tanya, contoh pertanyaan yang simple saja lah, lokasi penelitiannya pada derajat berapa ya ? hehe...  Nah, maka dari itu kemudian saya tertarik untuk menulis tentang Cara Membuat Peta Lokasi Penelitian Menggunakan ArcGis. Tulisan saya kali ini, InsyaAllah akan lebih ke Tutorial bagaimana cara pembuatan

Rantai Makanan pada Ekosistem Terumbu Karang

PENDAHULUAN Konsep ekosistem merupakan suatu konsep yang kompleks, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari dengan cara mengkonsumsi produsen (organisme yang dapat melakukan fotosintesis) dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makana. Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini memiliki produktivitas organic yang sangat tinggi (Burke et al, 2002). Demikian pula dengan keanekaragaman biota yang ada didalamnya. Di tengah samudra yang miskin bisa terdapat pulau karang yang produktif hingga kadang-kadang terumbu ka